Mencontek, sebuah kata yang tak asing lagi kita dengar. Suatu kegiatan yang dianggap “wajar” yang dilakukan oleh para pelajar atau anak kuliahan. Bahkan, perbuatan tersebut telah membudaya dan mengakar kuat. Padahal, mencontek merupakan perbuatan curang yang tidak patut untuk dilakukan. Memang terlihat sepele, tetapi memiliki efek negatif yang cukup besar bagi kejiwaan seseorang. Dengan kata lain, dengan mencontek secara tidak langsung kita telah melatih jiwa kita untuk berbuat korupsi dan menipu.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi perbuatan itu:
Pertama, hilangnya rasa
malu. Budaya mencontek yang telah mengakar di hati sanubari para pelajar telah
mengikis rasa malu terhadap diri sendiri dan orang lain. Kenapa begitu? Dengan
mencontek kita berarti tidak percaya terhadap kemampuan diri kita sendiri. Itu
sama saja kita merendahkan diri kita di mata orang lain. Suatu hal yang
sebenarnya mampu kita kerjakan, tetapi tidak kita kerjakan karena ada budaya
mencontek ini. Tidak ingin kan dianggap rendah oleh orang lain?
Kedua, tidak takut
berdosa. Dengan mencontek kita telah membohongi diri kita dan para pengajar
kita. Dan itu artinya kita telah melakukan sebuah perbuatan dosa. Agama
melarang kita untuk berbuat tidak jujur. Karena suatu hal yang diawali dengan
niat dan perbuatan yang buruk maka juga akan menghasilkan sesuatu yang buruk
juga.
Ketiga, anggapan bahwa
teman yang baik pasti memberikan contekan kepada temannya. Sebenarnya anggapan
ini adalah salah satu cara para pelajar untuk melegalkan perbuatan mencontek.
Teman yang tidak memberikan contekan akan dikucilkan dan dijauhi, sementara
teman yang memberikan contekan danggap sebagi teman yang setia. Padahal
pernyataan tersebut sangat keliru. Secara tidak langsung, dengan memberikan
contekan kepada teman, berarti kita telah menjerumuskan teman kepada kebodohan.
Apa itu yang dimaksud dengan kesetiakawanan?
Keempat,perbuatan
mencontek dilakukan agar lulus pada suatu ujian atau tes. Hal ini sangat
terlihat ketika kita menghadapi Ujian Nasional dan tes SNMPTN atau ujian lainnya. Antara pelajar yang satu dengan yang lainnya bersepakat
untuk memberikan jawaban. Bahkan, untuk mendukung aksinya mereka mengeluarkan
motto dalam bahasa Jawa “mlebu bareng,
metu yo kudu bareng” yang artinya masuk bersama, keluar juga harus bersama.
Maksud dari motto tersebut adalah dulu sewaktu masuk sekolah mereka
bersama-sama, nanti lulus sekolah juga harus bersama walau harus dengan cara
apapun, termasuk cara yang sebenarnya dilarang. Begitu juga pada saat ujian masuk saringan
atau SNMPTN. Segala macam cara dilakukan untuk masuk ke Perguruan Tinggi
favorit yang diidamkan. Bahkan, lebih dari mencontek, yakni menyuap yang merupakan
wujud lain yang lebih berbahaya dari perbuatan mencontek.
Kelima, karena kurangnya persiapan. Kebanyakan pelajar melakukan perbuatan
mencontek karena kurang persiapan dalam belajar. Mereka tidak mempersiapkan
diri sebaik mungkin ketika menghadapi suatu ujian atau tes, sehingga ketika
menghadapi ujian, terpaksa atau tidak, mendesak atau tidak ia melakukannya.
Padahal, sebenarnya jika ia telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih
baik dan matang, mungkin perbuatan itu bisa dihindari.
Sebenarnya masih banyak alasan-alasan pelajar melakukan perbuatan itu.
Namun, kali ini saya mengungkapkan alasan terbesar sebagian orang. Kita telah
mengetahui beberapa alasan mengapa orang mencontek. Sekarang bagaimana
solusinya agar mencontek tidak lagi membudaya?
Beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut:
1.
Pendidikan moral.
Dengan pendidikan moral yang ditanamkan sejak dini,
yaitu rasa malu untuk berbuat curang, maka seorang anak akan merasa malu dan
minder jika melakukan perbuatan mencontek.
2.
Pendidikan agama.
Tentu saja pendidikan agama sangatlah penting.
Tanamkan pada jiwa kita bahwa berbuat curang itu berdosa. Mencontek berarti
kita telah membuka satu pintu dosa.
Masih ingin mencontek?
3.
Setia kawan dan solidaritas tinggi.
Perlu diketahui dengan memberikan contekan sama saja
kita mengajari teman untuk berbuat curang. Itu sama artinya kita menjerumuskan
teman kita. Seorang teman yang baik akan selalu membimbing temannya ke dalam
jalan kebenaran.
4.
Berorientasilah pada proses, bukan pada hasil dan tetap positive thingking.
Dengan demikan kita tidak hanya memikirkan bagaimana
kita mendapatkan nilai yang baik atau sempurna. Karena sebenarnya tujuan utama
dari mengenyam pendidikan adalah untuk memperoleh ilmu. Jika jika berorientasi
pada hasil maka kita akan melakukan perbuatan apa saja untuk memperoleh apa
yang kita inginkan, termasuk mencontek. Setelah kita menjalani proses dengan
baik, yakinlah bahwa yang kita kerjakan
dengan niat baik maka akan memperoleh hasil yang baik pula.
5.
Mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dan matang.
Kebanyakan alasan mereka yang mencontek adalah karena
kurangnya persiapan sehingga ketika terdesak mereka menghalakan segala cara
untuk menyelesaikan kesulitannya. Lain halnya jika kita telah mempersiapkan
segala sesuatunya dengan baik. Misalnya, untuk anak sekolahan, dengan membuat
catatan atau rangkuman setiap pelajaran, atau dengan menjadwal waktu belajar
kita agar teratur. Jangan memakai SKS (sistem kebut semalam), karena kapasitas
otak manusia yang terbatas untuk mengingat semua hal.
6.
Menconteklah hal yang baik dalam arti yang sebenarnya.
Sebenarnya mencontek dalam hal ini lebih tepat disebut
dengan meneladani perbuatan yang baik. Misalkan teman kita rajin belajar, maka
sangat boleh kita meneladaninya atau teman kita rajin beribadah, maka malah
seharusnya kita mencontohnya. Dan masih banyak perbuatan baik lainnya yang
patut kita contek/ teladani.
Nah, saya telah memberikan beberapa alasan dan
solusi tentang maslah contek-mencontek ini. Sekarang tinggal bagaimana Anda
menyikapinya. Ingin tetap meneruskan budaya ini atau dengan kesadaran hati dan
kemauan tinggi melakukan perombakan besar bagi generasi muda Indonesia agar
terhindar dari perbuatan mencontek?
Artikel "Masih Ingin Mencontek?" ini di tulis dan di terbitkan oleh frendi cap. Jika Anda ingin mengcopy artikel ini, harap sertakan LINK AKTIF menuju ke web Berbagi Ilmu sebagai sumber artikel. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar